Oleh: Gus Agusti
Timah masih
menjadi andalan masyarakat belitung,uang masih gampang dicari. rumah tangga
yang baru kami bangun penuh dengan kebahagiaan. setengah tahun kemudian kami
membangun rumah yang tidak begitu besar tapi bisa untuk berteduh dari panas
mentari dan terpaan air hujan.tak lama kemudian aku hamil aku bahagia dan dia
juga bahagia atas kehamilanku.kami akan mendapatkan buah hati dan bisa
memperkuat dan mempererat pernikahan kami. bahagia selalu ada di rumah kami
untuk menyambut kelahiran anak kami yang pertama, kami siapkan segala sesuatu
untuk kebutuhan si kecil yang akan menjadi idola bagi kami.
Tak lama kemudian aku melahirkan seorang anak
perempuan yang lucu dan cantik kami tambah bahagia. suamiku memilih lebih cepat
pulang ke rumah demi si buah hatinya.pernikahan kami memasuki tahun kedua
keharmonisan rumah tangga kami mulai goyang. aku tidak mengetahui apa
penyebabnya,suamiku sering keluar malam dan dia tidak lagi memberikan uang
lebih seperti biasanya.dia hanya memberikan sebagian penghasilan dari
timah.selainnya tidak tahu ke mana .aku mulai curiga kalau suamiku pergi ke
kelab malam.aku sudah memperingatkannya agar jangan sering keluar malam ingat
ada anak istri di rumah. namun dia tidak memperdulikan aku. akhirnya aku dengan
segala kerendahan hati menerima apa yang terjadi di dalam rumah tanggaku. aku
mulai jengkel dan tidak memperdulikan dia.entah dia mau pulang atau tidak itu
terserah ,kadang aku melihat dia tertidur di atas kursi mebel di ruang tamu
.aku sengaja tidak membukakan pintu kamar.sampai pada suatu malam dia
memanggil-manggil aku untuk minta tolong dan aku tidak memperdulikannya.sampai
suaranya tidak terdengar,aku merasa dia telah tertidur aku membuka pintu kamar
dan mendekatinya. dia tertelugkup dilantai.beberapa kali aku membangunkannya
namun dia tidak bergerak dan aku membalikkan tubuhnya.aku melihat ada darah
segar keluar dari mulutnya.aku berusaha untuk membangunkannya namun dia tidak
bangun lagi.
Ketika itu suamiku memang sudah meninggal.dan
sampai besok hari pemakamannya aku masih belum bisa memaafkannya. sampai pada
satu hari aku di beritahu oleh teman suami ku, kalau suamiku terkena kanker
.tapi aku belum percaya dengan temannya ,aku minta diantarkan kemana dia
berobat dan aku di bawa kemana dia berobat termasuk ke seorang dokter.dan aku
baru tahu setelah dokter itu menjelaskan tentang penyakit yang mematikan
itu.aku merasa bersalah atas semua kejadian itu .sampai rumah aku meneteskan
air mata atas ke keliruanku.sampai aku masuk kamar dan membongkar apa yang dia
punya dan aku menemukan seikat kwitansi pembayaran dan resep menebus obat yang
jumlahnya tidak sedikit.Aku menyesalinya dan aku minta maaf kepada keluargaku
dan keluarga mertuaku.
Termakasih........''
Termakasih........''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar