Senin, 19 Maret 2012

Rumah tanggaku

kisah seorang ibu muda.
Oleh: Gus Agusti

 Timah masih menjadi andalan masyarakat belitung,uang masih gampang dicari. rumah tangga yang baru kami bangun penuh dengan kebahagiaan. setengah tahun kemudian kami membangun rumah yang tidak begitu besar tapi bisa untuk berteduh dari panas mentari dan terpaan air hujan.tak lama kemudian aku hamil aku bahagia dan dia juga bahagia atas kehamilanku.kami akan mendapatkan buah hati dan bisa memperkuat dan mempererat pernikahan kami. bahagia selalu ada di rumah kami untuk menyambut kelahiran anak kami yang pertama, kami siapkan segala sesuatu untuk kebutuhan si kecil yang akan menjadi idola bagi kami. 
Tak lama kemudian aku melahirkan seorang anak perempuan yang lucu dan cantik kami tambah bahagia. suamiku memilih lebih cepat pulang ke rumah demi si buah hatinya.pernikahan kami memasuki tahun kedua keharmonisan rumah tangga kami mulai goyang. aku tidak mengetahui apa penyebabnya,suamiku sering keluar malam dan dia tidak lagi memberikan uang lebih seperti biasanya.dia hanya memberikan sebagian penghasilan dari timah.selainnya tidak tahu ke mana .aku mulai curiga kalau suamiku pergi ke kelab malam.aku sudah memperingatkannya agar jangan sering keluar malam ingat ada anak istri di rumah. namun dia tidak memperdulikan aku. akhirnya aku dengan segala kerendahan hati menerima apa yang terjadi di dalam rumah tanggaku. aku mulai jengkel dan tidak memperdulikan dia.entah dia mau pulang atau tidak itu terserah ,kadang aku melihat dia tertidur di atas kursi mebel di ruang tamu .aku sengaja tidak membukakan pintu kamar.sampai pada suatu malam dia memanggil-manggil aku untuk minta tolong dan aku tidak memperdulikannya.sampai suaranya tidak terdengar,aku merasa dia telah tertidur aku membuka pintu kamar dan mendekatinya. dia tertelugkup dilantai.beberapa kali aku membangunkannya namun dia tidak bergerak dan aku membalikkan tubuhnya.aku melihat ada darah segar keluar dari mulutnya.aku berusaha untuk membangunkannya namun dia tidak bangun lagi.
Ketika itu suamiku memang sudah meninggal.dan sampai besok hari pemakamannya aku masih belum bisa memaafkannya. sampai pada satu hari aku di beritahu oleh teman suami ku, kalau suamiku terkena kanker .tapi aku belum percaya dengan temannya ,aku minta diantarkan kemana dia berobat dan aku di bawa kemana dia berobat termasuk ke seorang dokter.dan aku baru tahu setelah dokter itu menjelaskan tentang penyakit yang mematikan itu.aku merasa bersalah atas semua kejadian itu .sampai rumah aku meneteskan air mata atas ke keliruanku.sampai aku masuk kamar dan membongkar apa yang dia punya dan aku menemukan seikat kwitansi pembayaran dan resep menebus obat yang jumlahnya tidak sedikit.Aku menyesalinya dan aku minta maaf kepada keluargaku dan keluarga mertuaku.
Termakasih........''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar